Minggu, 16 September 2018

IBAROT

Selamat datang kembali di blog ini. Lama sekali tidak menyapa saudara semua di blog ini, seolah Hukum Idiot (V) adalah akhir dari pencarian kebenaran, padahal perjalanan hidup belum mulai sama sekali jika disadari.

OK, saudaraku, HI (V) menemukan sebuah kesimpulan bahwa, segala sesuatu itu tidak ada. Persis apa yang ditemukan Ahmad Thoha Faz dalam buku "titik Ba", yaitu segalanya satu, utuh tak terbagi dan sejatinya tidka ada.

HI (V) membawa kita ke sebuah penemuan baru, yaitu sesuatu yang kita sebut IBAROT. Apa itu IBAROT? Segala sesuatu digolongkan menjadi 3, yakni:

1. ADA
2. TIADA
3. IBAROT

Setelah kita sampai pada penemuan HI V, maka timbul pertanyaan jika segala sesuatu itu tidak ada, termaasuk diri kita sendiri, lalu siapakah aku, dan semua benda yang bisa aku lihat, rasakan dan pegang di dunia ini? masak iya sih mau saya sebut tidak ada? Mau disebut Ada, tidak mungkin, tapi mau disebut Tidak ada, wong nyatanya aku merasakannya. Sebenarnya SEMUA HAL ADALAH IBAROT. 

Ibarot adalah mirip saat kita menanyakan kolong meja itu ada atau tidak? mau disebut ada, nyatanya bendanya tidak ada, mau disebut tiada, nyatanya kolong meja itu bisa diukur berapa luasnya. Kita bingung memberi predikat kolong meja itu ada/ tiada karna memang bukan keduanya, melainkan ibarot.

Demikian pula Ruang dan Waktu, yang didefinisikan dalam Hukum IdiOt III dan IV. Ruang dan Waktu adalah Ibarot. 

Waktu bisa diukur, namun itu hanya ilusi. Karna waktu adalah saat. Selalu kita mengibaratkan ada benda lain untuk mengukurnya. Karna, 1 detik adalah saat dimana itu adalah durasi selama 9.192.631.770 kali periode radiasi yang berkaitan dengan transisi dari dua tingkat hyperfine dalam keadaan ground state dari atom cesium-133 pada suhu nol kelvin, alias 1 detik adalah waktu yang dibutuhkan atom caesium untuk bergetar sebesar 9.192.631.770 kali.

Maka sebenarnya kita juga bingung lho mendefinisikan sang waktu itu Ada/ Tiada, karna waktu itu sejatinya adalah bukan keduanya, melainkan ibarot. Waktu bisa disebut ada karna bisa diukur, namun itu jelas-jelas sebuah ilusi karna dengan membandingkan seolah-olah ada atom caesium yang bergetar 9.192.631.770 kali, atau seolah-olah ada detak jarum detik jam yang selanjutnya ada satuan menit, satuan jam, hari dst.

Demikian pula ruang, dalam HI yang diartikan posisi, bukan "space" kekosongan. Ruang adalah ibarot, dimana saat garasi kita yang berukuran pas untuk terisi 1 mobil. Saat kita parkir mobil dalam garasi, kita bingung saat ditanya "Apakah ada ruang di garasi setelah terisi mobil?". Mau bilang ada, nyatanya ruang itu hanya sebuah posisi alias hanya koordinat dalam semesta ini, wujudnya tidak ada. Mau bilang tidak ada, nyatanya ruang itu bisa diukur.

Demikian pula saat kita melihat lingkaran ujung atas gelas. Apakah lingkaran itu ada? mau bilang ada, nyatanya itu hanya efek dari kaca yang melengkung dan bertemu ujungnya. Benda yang bernama lingkarannya mana? Mau dibilang tidak ada, nyatanya lingkaran ujung atas gelas bisa diukur diameternya dsb. Itulah ibarot, bukan ada, bukan tiada, namun bisa diibaratkan ada atau diibaratkan tiada. Demikian pula segala hal, sejatinya merupakan ibarot.